9 Negara yang Masih Makan Daging Anjing dan Fakta Menariknya

Praktik konsumsi daging anjing telah menimbulkan banyak kontroversi di berbagai belahan dunia. Sementara sebagian masyarakat menganggapnya sebagai tradisi yang sudah mendarah daging, kelompok perlindungan hewan menentang praktik ini sebagai sesuatu yang melanggar hak-hak hewan.

Di era modern ini, perubahan pandangan mengenai penggunaan hewan untuk konsumsi mendorong banyak negara untuk mempertimbangkan kembali kebijakan mereka. Diskursus tentang etika konsumsi daging anjing semakin hangat, mengundang perhatian global yang tidak pernah sepi.

Data yang disajikan oleh organisasi internasional menunjukkan bahwa puluhan juta anjing dibunuh setiap tahunnya untuk memenuhi permintaan konsumsi di berbagai negara. Di tengah situasi ini, penting untuk memahami konteks budaya dan aturan yang mengatur praktik tersebut.

Ada Tradisi dan Budaya di Balik Praktik Makan Daging Anjing

China merupakan negara yang dikenal memiliki tingkat konsumsi daging anjing tertinggi di dunia. Diperkirakan setiap tahunnya mencapai sepuluh juta anjing dimakan, dan hal ini menjadi bagian dari tradisi di masyarakat tertentu.

Salah satu momen yang paling kontroversial adalah Festival Yulin, yang menarik perhatian global karena perlakuan terhadap hewan. Meskipun demikian, beberapa kota di China, seperti Shenzhen, telah melarang praktik ini secara resmi, menunjukkan munculnya perubahan dalam persepsi masyarakat.

Vietnam juga menempati posisi penting dalam konsumsi daging anjing, di mana daging disajikan dengan berbagai cara. Banyak orang di Vietnam meyakini bahwa daging anjing memiliki khasiat tertentu danasiat meningkatkan keberuntungan, menjadikannya sebagai bagian dari budaya masyarakat.

Negara-Negara yang Masih Mempraktikkan Konsumsi Daging Anjing

Korea Selatan adalah salah satu negara di mana konsumsi daging anjing semakin menurun. Munculnya gerakan perlindungan hewan yang masif turut mendorong perdebatan mengenai etika memakan daging anjing, dengan beberapa metode penyembelihan menjadi sorotan.

Sementara itu, di Filipina terdapat hidangan tradisional bernama asocena yang terbuat dari daging anjing. Praktik ini meskipun dilarang di beberapa daerah, tetap ada perdagangan daging anjing secara gelap, menunjukkan realitas kompleks mengenai kebiasaan konsumsi di negara tersebut.

Di Indonesia, meski konsumsi daging anjing tidak berada di urutan teratas, tetap saja menjadi bagian dari kehidupan sebagian masyarakat. Diperkirakan sekitar lima persen populasi masih mengonsumsi daging anjing, meskipun itu sering kali berujung pada risiko kesehatan yang tinggi akibat rabies.

Risiko Kesehatan dan Tindakan Regulasi yang Diperlukan

Perdagangan daging anjing di Indonesia, selain berkaitan dengan tradisi, juga membawa risiko kesehatan yang serius. Rabies merupakan penyakit yang umum di kawasan ini, dan banyak tempat penyembelihan tidak memenuhi standar kebersihan yang diperlukan.

Thailand dan Laos juga menunjukkan tradisi yang sama meskipun tingkat konsumsi daging anjing mulai menurun. Situasi ini menggambarkan transisi sosial yang menunjukkan pergeseran nilai dalam masyarakat mereka.

Kamboja memiliki industri daging anjing yang cukup besar, terutama di provinsi-provinsi tertentu. Namun, di tengah menu tersebut terdapat tantangan untuk menyeimbangkan antara tradisi dan perlindungan hewan.

Wilayah Nagaland di India juga memiliki sejarah panjang dalam konsumsi daging anjing. Berbagai ritual dan praktik budaya berakar pada tradisi lokal, tetapi dengan adanya tekanan global, hal ini mungkin mengalami perubahan dalam beberapa tahun ke depan.

Kini, Taiwan menjadi pelopor di Asia dengan pelarangan konsumsi daging anjing dan kucing, mendemonstrasikan komitmen terhadap perlindungan hewan. Sanksi hukum yang ditegakkan menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga kesejahteraan hewan.

WHO memberikan amaran bahwa perdagangan dan konsumsi daging anjing bisa memicu penyakit yang serius seperti rabies. Pemotongan yang tidak higienis juga memperburuk risiko, menuntut tindakan lebih lanjut dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan dan keamanan pangan.

Related posts